Mengenal Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar (Children with Learning Disabilities)
Disebut juga dengan (learning disabilities, learning difficulties, disfungsi minimal otak,brain damage), yaitu anak yang merniliki inteligensi normal atau bahkan superior, tetapi sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu, dan mungkin unggul dalam bidang lain. Kesulitan belajar merupakan terjernahan yang kurang tepat dati learning disabilitis, tetapi lebih disukai karena istilah tersebut lebih prospektif. Terjemahan yang lebih tepat dari learning disabilitis adalah ketidak-mampuan belajar, tetapi istilah tersebut terkesan "menghakirni" anak, seolah-olah tidak dapat diperbaiki lagi. Salah satu ciri dari kesulitan belajar adalah dugaan adanya gangguan fungsi otak; dan gangguan fungsi otak disebabkan oleh adanya sel otak yang rusak; dan dunia kedokteran hingga saat ini belum mampu memperbaiki sel otak yang rusak (Lovitt, 1989). Meskipun sel otak yang rusak atau mati tidak dapat diperbaiki, fungsi sel otak yang lain dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat mengkompensasikan fungsi sel otak yang rusak atau mati tersebut (Clark, 1986). Ciri lain dari anak kesulitan belajar adalah merniliki inteligensi normal dan bahkan superior. Ia hanya sulit belajar dalam satu atau beberapa bidang tertentu, tetapi mungkin unggul dalam bidangbidang lain. Anak yang mengalarni kesulitan belajar dalam bidang tertentu disebut kesulitan belajar spesifik (specific learning disabilities). Secara garis besar, kesulitan belajar dibagi ke dalam dua kelompok, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan atau kesulitan belajar pra-akadernik dan kesulitan belajar akadernik. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning disabilities) atau kesulitan belajar pra akadernik (pra academic learning disabilities) terdiri dari empat macam, yaitu :
a. gangguan perkembangan motorik,
b. gangguan perkembangan persepsi,
c. gangguan perkembangan kognitif, dan
d. gangguan perkembangan bicara dan Bahasa
Ada empat jenis anak dengan kesulitan belajar perkembangan atau kesulitan belajar pra-akademik (Munawir Yusuf, 2005), yaitu : a. Gangguan motorik dan persepsi Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau taktil dan kinestetik) dan intelegensi system persepsual. Jenis gangguan ini perlu penanganan secara sisternatis karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar akadernik. Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditor-motor. Anak tidak mampu melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasinya dapat berupa disfasia verbal (bicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat dan pantomin). Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu:
1) Dispraksia ideomotoris Ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan praktis sederhana seperti menggunting, menggosok gigi, dan menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembangan bicara.
2) Dispraksia ideosional Anak dapat melakukan gerakan komplek tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitan terletak pada urutan gerakan, anak sering bingung mengawali suatu aktivitas, rnisalnya mengikuti irama musik.
3) Dispraksia konstruksional Anak mengalarni kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi gangguan menulis (disgrafia). Hal ini menyebabkan anak menjadi berkebutuhan khusus karena kegagalan dalam konsep visio-kontruktif.
4) Dispraksia oral Sering ditemukan pada anak yang mengalami disfasia perkembangan (gangguan perkembangan bahasa). Anak mempunyai gangguan dalam bicara karena adanya gangguan dalam konsep gerakan motorik di dalam mulut. Berbicara dipandang sebagai bentuk gerakan halus dan terampil dalam rongga mulut sehingga kurang mampu kalau diminta meniru-kan gerakan, misalnya menjulurkan atau menggerakkan lidah, mengembungkan pipi, mencuburkan bibir dan sebagainya.
b. Kesulitan belajar kognitif Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu. Dengan demikian, kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari penyelesaian soal-soal matematika. Mengingat besarnya peran fungsi kognitif dalam penyelesaian tugas-tugas akademik, gangguan kognitif hendaknya ditangani sejak anak masih berada pada usia prasekolah.
c. Gangguan perkembangan bahasa (disfasia) Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak untuk menggunakan simbol linguistik dalam rangka berkomunikasi secara verbal. Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut sebagai disfasia perkembangan (developmental dysphasia). Berbicara adalah bahasa verbal yang memiliki komponen artikulasi, suara dan kelancaran. Ekspresi bahasa bicara (ujaran) mencakup enam komponen, yaitu: fonem, morfem, sintaksis, semantik, prosodi (intonasi) dan pragmatik. Kesulitan belajar bicara seharusnya telah diketahui dan diperbaiki sejak anak berada pada usia prasekolah karena berpengaruh terhadap prestasi akademik sekolah. Disfasia ada dua jenis, yaitu disfasia reseptif dan disfasia ekspresif. Pada disfasia reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam menerima bahasa. Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena mengalami gangguan dalam memproses stimulus yang masuk. Pada disfasia ekspresif, anak tidak mengalami yang didapat dalam gangguan bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak pada kemampuan membaca dan menulis.
d. Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh sesama anak, guru, maupun orang tua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan atau berbagai perilaku negatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya. Sedangkan kesulitan belajar akademik terdiri tiga macam, yaitu:
(1) kesulitan belajar membaca (dislexia),
(2) kesulitan belajar menulis (disgraphia), dan
(3) kesulitan belajar berhitung (discalculia). Karakteristik masing-masing anak tersebut adalah sebagai berikut :
e. Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), dicirikan sebagai berikut :
1) Perkembangan kemampuan membaca terlambat..
2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah.
3) Kalau membaca sering banyak kesalahan.
f. Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia), dicirikan sebagai berikut :
1) Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai.
2) Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan
u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya.
3) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca.
4) Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang.
5) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
g. Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia),
dengan ciri-ciri :
1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
3) Sering salah membilang dengan urut.
4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya.
5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Anak Lambat Belajar (Slow Learner)
Adalah anak yang merniliki inteligensi berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70 -85 (berdasarkan tes baku). Ciricirinya:
a. Rata-rata prestasi belajamya kurang dari 6.
b. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan ternan-ternan seusianya.
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat.
d. Pemah tidak naik kelas.
Post a Comment for "Mengenal Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar (Children with Learning Disabilities)"